SEARCH AT GOOGLE

Custom Search

Jumat, 06 Juni 2008

Efektifitas Kartu Menuju Sehat (KMS) Anak Balita sebagai Sarana Penyuluhan Gizi di Posyandu





Keywords: Kartu Menuju Sehat (KMS); penyuluhan gizi; Posyandu; anak balita; Abstrak Penelitian Kesehatan
Subject: COMMUNITY HEALTH CENTERS; INFANT NUTRITION; HEALTH PROMOTION

Kartu Menuju Sehat (KMS) selama ini hanya digunakan sebagai alat pemantau keadaan berat badan anak balita dan belum dimanfaatkan secara optimal sebagai alat penyuluhan gizi bagi ibu anak balita. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas KMS anak balita sebagai sarana pemantauan pertumbuhan anak balita dan penyuluhan gizi di Posyandu.

Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional survey. Penelitian dilaksanakan di 16 Posyandu di Kabupaten Kempar dan Belawan di Propinsi Riau, 5 orang petugas gizi tingkat Puskesmas, 9 orang bidan di desa, 58 orang kader Posyandu dan 328 ibu balita pengguna Posyandu menjadi responden penelitian. Data dikumpulkan dengan cara wawancara.

Dari penelitian tersebut didapat hasil bahwa petugas gizi tingkat Puskesmas tidak seluruhnya berlatar belakang pendidikan SPAG tetapi ada pula yang berpendidikan SMU, SMEA, dan SPK serta ada bidan desa yang berpendidikan SPK. Sebagian besar (50%) petugas gizi dan bidan di desa belum pernah mengikuti pelatihan KMS. Seluruh petugas gizi dan bidan di desa pernah melakukan kunjungan ke Posyandu untuk kegiatan imunisasi, penyuluhan, pemantauan status gizi dan memberikan pelayanan kesehatan.

Tidak semua petugas gizi memahami dengan baik grafik pertumbuhan, pesan diare, imunisasi, pedoman makanan balita dan tindakan pelayanan gizi di Posyandu. Motivasi menjadi kader sebagian besar (41.4%) karena ingin membantu masyarakat untuk kemajuan desa. 51.7% kader tidak pernah melakukan penyuluhan arena tidak tahun materi apa yang harus diberikan dalam penyuluhan, dan hanya 46.6% kader pernah mendapat pelatihan mengenai KMS. Guna KMS menurut kader adalah untuk memantau pertumbuhan balita (58.6%), yang menyebutkan sarana penyuluhan hanya 3.4%. Tingkat pengetahuan kader tentang grafik pertumbuhan dalam KMS masih rendah hanya 8.6% yang tahu, pesan diare diketahui oleh hampir 60.0% kader, dan pesan imunisasi diketahui oleh hampir 90.0% untuk mengetahui perkembangan berat badan anak. KMS lebih dari 90% disimpan sendiri oleh ibu balita. Ibu balita yang tahu tentang arti grafik dalam KMS sebanyak 18.0%, yang tahu tentang pesan imunisasi sebanyak 29.0% dan tahu tentang pesan diare sebanyak 58.0%, sedangkan yang tahu tentang jenis makanan yang harus diberikan sesuai umur anak sebanyak 61.3%. KMS sebagai sumber informasi pemberian makanan balita, imunisasi dan diare hanya dilakukan oleh 16.0% ibu balita. Panduan penggunaan KMS balita bagi petugas kesehatan (th 2000) baru sampai di tingkat provinsi.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa KMS anak balita sudah efektif sebagai alat pemantau pertumbuhan anak balita tetapi belum efektif sebagai sarana penyuluhan gizi di Posyandu karena masih rendahnya pemahaman kader dan ibu balita terhadap arti grafik pertumbuhan anak. Di samping itu sedikit sekali kader yang tahu nasehat gizi yang harus diberikan pada ibu balita.

Seja o primeiro a comentar

Posting Komentar

Lunatic © 2008 Template by Dicas Blogger.

TOPO